Rabu, 08 Januari 2014

Mengenal Sosok Chairil Anwar









Puisi-puisi karya Chairil Anwar terkenal dan digemari orang. Hampir setiap pelajar tahu tentang puisi Antara Karawang dan Bekasi, yang diciptakannya dengan penuh semangat patriotik. Puisi lainnya yang berjudul Aku, menggambarkan sosoknya yang penuh optimisme.
Dalam puisi yang berjudul Diponegoro, Chairil melontarkan pemikiran bahwa yang penting bukanlah bagaimana mempertahankan hidup, melainkan bagaimana mengisi hidup agar mempunyai arti, meski Cuma sekali. Sikap Chairil terhadap agama tercermin dalam puisi yang berjudul Di Mesjid dan Isa.
Chairil yang lahir di Medan, Sumatera Utara 22 Juli 1922 ini merupakan penyair dan tokoh sastra yang mengagumkan. Meski ia berumur pendek, kehadirannya di pentas sastra Indonesia memberikan bekas yang sangat dalam. Untuk itu, ia dinobatkan sebagai Pelopor Angkatan ’45 oleh H.B.Jassin.
Meski pendidikannya hanya sampai kelas 2 MULO, pengetahuan yang dikuasainya demikian luas. Hal ini berkat kegemarannya membaca. Chairil menguasai Bahasa Belanda, Inggris, dan Jerman sehingga mampu membaca karya sastra pengarang dunia.
Kematian neneknya membawa Chairil ke suatu pemikiran, bahwa betapa tidak berdayanya manusia menghadapi maut. Atas dasar itu, ia diilhami menulis puisinya yang pertama berjudul Nisan pada bulan Oktober 1942. Sebelum Proklamasi Kemerdekaan, tulisannya beredar di kalangan sejawatnya. Setelah itu, tulisannya baru diumumkan secara luas.
Tahun 1949, puisinya dibukukan dengan judul Kerikil Tajam dan Yang Terhempas dan Yang Putus. Tahun yang sama muncul kumpulan puisinya yang lain berjudul Deru Campur Debu. Bersama H.B.Jassin dan Asrul Sani, ia membuat antologi yang berjudul Tiga menguak Takdir. Selain menulis puisi, Chairil juga menulis prosa dan banyak menerjemahkan. Oleh H.B.Jassin tulisannya ini dibukukan dalam Chairil Anwar Pelopor Angkatan ’45.
Karya-karya Chairil banyak diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Terjemahan karya lengkapnya terbit 1947 dengan judul Complete Poems of Chairil Anwar. Sampai saat ini, karyanya banyak dibicarakan orang. Tahun 1975, Arief Budiman menelaah puisinya yang ditinjau dari sudut psikologi dalam sebuah buku berjudul Chairil Anwar Satu Pembicaraan.
Chairil menikah tanggal 6 September 1946 dengan Hapsah. Ia mempunyai seorang anak perempuan bernama Evawani Elisa, yang dilahirkan 4 Oktober 1947. Sayang, penyair yang hebat ini meninggal dunia pada usia muda, pada tanggal 28 April 1949.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls